Analisis Emisi CO2
Tugas Ringkasan
Rifki Suryaningrat
1102200358
EL-44-08
Dosen Pengajar : Ekki Kurniawan
Analisis Emisi CO2 Pembangkit Listrik Panas Bumi Ulubelu Lampung dan Kontribusinya Terhadap Pengembangan Pembangkit Listrik di Provinsi Lampung
Sumber energi terbarukan memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan energi masyarakat (Ganjehsarabi et al. 2012), dan salah satu diantaranya adalah energi panas bumi. Energi panas bumi mempunyai potensi pengembangan keberlanjutan karena emisi karbonnya lebih rendah dari energi fosil (Γrmannsson et al. 2005; Aneke et al. 2011). Energi listrik (ramah lingkungan, terbarukan, dan berkelanjutan) menggunakan energi panas bumi sebagai sumber pembangkit (DiPippo 2016), memiliki peran penting dalam mitigasi perubahan iklim global, ketahanan energi nasional, dan kesehatan masyarakat. Pelopor penggunaan energi panas bumi untuk konversi menjadi energi listrik adalah Prince Piero Ginori Conti pada tahun 1904 di Larderello, Tuscany, Italia (Barbier 2002; DiPippo 2015). Indonesia saat ini giat mengembangkan energi panas bumi dalam rangka mengatasi krisis energi listrik dan terkait dengan program kelistrikan nasional 35 000 MW. Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 29 000 MW, dan pemanfaatannya baru sekitar 1533.5 MW (KESDM-b 2017; Pambudi 2018). Potensi ini tersebar di pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusantenggara, dan Papua.
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap emisi CO2 yang ditimbulkan PLTP Ulubelu Lampung dan potensi emisi CO2 dari seluruh pembangkit listrik yang beroperasi di Provinsi Lampung. Secara rinci penelitian ini melakukan (1) perhitungan emisi CO2, baseline emisi CO2, reduksi emisi CO2, dan besarnya faktor emisi CO2 dari pembangkit listrik panas bumi Ulubelu Lampung, (2) perhitungan emisi dan baseline emisi CO2 dari pembangkit PLTU, PLTD, dan PLTG sebagai pembandingnya, (3) proyeksi emisi CO2 dari rencana pengembangan pembangkit listrik periode 2017-2026.
Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Lampung. Lokasi penelitian ini dipilih karena merupakan lokasi panas bumi yang baru dikembangkan yaitu di PLTP Ulubelu Kabupaten Tanggamus, Gambar 1 memperlihatkan peta lokasi penelitian.
Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode CDM (Clean Development Mechanism) (ACM0002) dari UNFCCC (United Nations Framework Convention on Climate Change) (Bastianoni et al. 2014; UNFCCC, 2016). Analisis melibatkan beberapa tahapan yaitu: (1) perhitungan baseline emisi dari pembangkit, (2) perhitungan emisi yang dihasilkan oleh pembangkit, dan (3) perhitungan reduksi emisi
Perhitungan Baseline
Emisi Baseline emisi dihitung dengan persamaan
(1): π΅πΈπ¦ = πΈπΊπππππππ‘π¦.π¦ β πΈπΉππππ.πΆπ.π¦ (1)
π΅πΈπ¦ adalah baseline emisi CO2 berdasarkan produksi energi listrik setahun dan faktor emisi pada sistem jaringan pembangkit (tCO2e), πΈπΊπππππππ‘π¦.π¦ adalah besar energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit selama setahun yang dikoneksikan dengan jaringan pembangkit (on grid) (MWh), πΈπΉππππ.πΆπ.π¦ adalah besarnya faktor emisi GRK sistem interkoneksi Sumatera (tCO2e/MWh).
Perhitungan Emisi dari Operasional Pembangkit
Perhitungan emisi pembangkit listrik panas bumi menggunakan persamaan
(2): ππΈπ¦ = ππΈπΉπΉ.π¦ + ππΈπΊπ.π¦ (2)
dengan ππΈπ¦ adalah total emisi yang dihasilkan dari operasional pembangkit secara menyeluruh (tCO2e), ππΈπΉπΉ.π¦ adalah emisi CO2 yang dihasilkan dari penggunaan fossil fuels pada operasional pembangkit (tCO2e), dan ππΈπΊπ.π¦ adalah jumlah emisi gas karbondioksida dan methan dalam NCG dari uap panas bumi yang digunakan pada pembangkit (tCO2e).
Perhitungan Reduksi Emisi
Reduksi emisi dihitung dengan persamaan
(6); πΈπ π¦ = π΅πΈπ¦ β ππΈπ¦ β πΏπ¦
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Perhitungan Emisi PLTP Ulubelu Unit 1 Kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik panas bumi (PLTP) Ulubelu Lampung unit 1 sebesar 55 MW. Operasional pembangkit memanfaatkan aliran massa uap rata-rata 354.39 ton/jam. Uap panas bumi dihasilkan dari sebelas sumur produksi pada lapangan panas bumi Ulubelu. Aliran massa uap dimanfaatkan untuk memutar turbin dan menghasilkan daya keluaran rata-rata sebesar 54.17 MW. Produksi energi listrik dari pembangkit dihitung berdasarkan daya keluaran rata-rata adalah sebesar 450 802.74 MWh dengan waktu operasional pembangkit rata-rata 8322 jam/tahun
Hasil penelitian ini lebih tinggi dari emisi CO2 pada pembangkit listrik tenaga panas bumi di Islandia yaitu emisi CO2 rata-rata 50 gCO2/kWh pada rentang 21 sampai 92 gCO2e/kWh (ESMAP 2016; Fridriksson et al. 2017). Peneliti lainnya menunjukkan faktor emisi CO2 pembangkit listrik di Amerika Serikat rata-rata 91 gCO2/kWh (Bloomfield et al. 2003). Namun demikian hasil penelitian ini lebih rendah dari penelitian lainnya yaitu Bertani dan Thai (2002) yang dalam penelitiannya di sebelas negara terkait dengan faktor emisi dari pembangkit listrik panas bumi, menunjukkan bahwa kisaran emisi CO2 yaitu antara 4-740 gCO2e/kWh, dan secara global rata-rata faktor emisi yang dihasilkan sebesar 122 gCO2e/kWh. Data emisi CO2 pada pembangkit listrik tenaga panas bumi di California periode 2011- 2013 juga menunjukkan bahwa faktor emisi CO2 berkisar antara 150 sampai 300 gCO2e/kWh dengan rata-rata 245 gCO2e/kWh (Fridriksson et al. 2017).
Komentar
Posting Komentar